TERBARU 2016 “PGRI TETAP TAK SETUJU UKG”

Asalamu'alaikum wr.wb. selamat pagi rekan-rekan guru seluruh indonesia , semoga kita tetap dalam lindungan ALLAH swt.
mari simak informasi berikut ini......

Hasil uji kompetensi guru (UKG) 2015, seperti disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan telah mengumumkan dalam Kilasan Kinerja Setahun Kemdikbud, di bawah standar. Dari target nilai rata-rata 55 yang ditetapkan pemerintah, rerata nilai nasional 53,02. Bahkan rata-rata nilai kompetensi pedagogik hanya 48,94.

Mendikbud mengklaim, hasil akhir proses UKG ini merupakan awal dari proses peningkatan kompetensi guru yang akan dilakukan pada beberapa bulan ke depan. Meski demikian, Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Sulistyo, mengaku tetap tidak sependapat dengan adanya UKG tersebut.


Dia beralasan, UKG hanya mampu mengukur dua kemampuan guru yakni pedagogik dan profesional, sementara aspek lainnya tidak dinilai. Padahal guru mempunyai empat kemampuan yang seharusnya dinilai yakni pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian. Dua aspek terakhir tidak bisa dinilai oleh UKG dan sangat mempengaruhi kinerja guru.

"Pada 2012 lalu misalnya, di Semarang ada guru di Semarang yang disenangi murid dan juga masyarakat, tapi ketika uji kompetensi nilainya sangat rendah dan berimbas pada kepercayaan masyarakat pada guru itu," ujar Sulistiyo.

Menurut Sulistyo, jika UKG untuk pemetaan, semestinya tidak perlu diberlakukan untuk semua guru. Dengan demikian, tak buang-buang waktu dan anggaran. Dia menyebut, sekira 1,6 juta guru telah ikut UKG pada 2012 dan sampai sekarang hasilnya belum dimanfaatkan.
PGRI setuju jika ada kompetensi namun harus mengukur keempat aspek kemampuan guru tersebut. "Hal terpenting bagi seorang guru adalah suntikan motivasi, sama seperti yang dilakukan oleh perusahaan," Sulistiyo menegaskan.

Sementara itu, Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Prof Djemari Mardapi, mengatakan UKG akan mendorong guru untuk terus belajar dan meningkatkan kompetensi mereka.

"Jika kompetensi guru meningkat maka kualitas pembelajaran di sekolah akan meningkat pula," kata Djemari.

Selama ini, belum ada alat ukur dan evaluasi dari kinerja guru. Djemari menilai, UKG tentunya akan efektif dalam menentukan peta kemampuan guru. Setelah tahu, bagaimana peta kondisi guru di Tanah Air, maka langkah selanjutnya tindakan apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru tersebut.

"UKG juga dinilai Djemari efektif untuk menilai kinerja guru secara periodik. Sehingga guru tidak selalu disalahkan ketika prestasi anak didiknya tak sesuai dengan harapan," imbuhnya.

Sementara itu, Mendikbud Anies Baswedan menjelaskan, para guru yang meraih nilai di bawah standar akan mengikuti pelatihan yang akan diselenggarakan pada Mei 2016. Sedangkan guru yang mendapatkan nilai sempurna atau mendekati sempurna akan dijadikan mentor.

"Ada 3.805 guru yang mendapatkan skor UKG di atas 91," ujarnya



Demikian informasi terbaru yang dapat saya sampaikan.....
semoga bermanfaat.....




Related Posts :

3 Responses to " TERBARU 2016 “PGRI TETAP TAK SETUJU UKG”"

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Tidak setuju dengan adanya Ukg,tolong dong pemetaanya seluru guru diindonesia...saya optimis tidak akan mencapai standar nilai 55 ke atas...karena keberuntungan bagi guru yang ada di kota dengan kemajuan teknologi, tetapi kasihan guru yang ada di daerah terpencil tertinggal yang punya ketrampilan komputer tidak sama sekali,apa yang akan terjadi nilanya di bawa standar, contohnya yang ada di kota saja sudah tidak dapat mengolah komputer dengan baik karena ukg dengan sistem online... bapak bapak yeng terhormat... apakah saat mantan siswa, guru guru ikut ukg ? sehingga bapak bapak menjadi hebat pintar dan lain sebagainya apalagi saman batu tulis, habis tulis dihapus adakah silabus? adakah rpp dll...malahan semua ini membuang banyak waktu guru untuk menyusun perangkat mengajar di banding belajar untuk persiapan proses belajar mengajar untuk besok...tidakah terpikir sekian anggaran yang dikeluarkan untuk ukg ? yang hasilnya tidak memuaskan ? saran saya alangkah baiknya ukg itu di tiadakan, tetapi buatlah program pelatihan kompetensi untuk semua guru mata pelajaran harus diikut sertakan tanpa kecuali...ini berarti segudang ilmu pengetahuan, pengalaman yang di berikan oleh pemateri tidaklah sisa sia bagi semua guru yang diikut sertakan,yang ada di daerah terpencil, perbatasan dan daerah tertinggal... semuanya akan memiliki kompetensi seperti bapak ibu yang ada di daerah kota yang sedang maju...jadi ukg mohon ditiadakan.... program peningkatan mutu/kompetensi guru harus okeeeeeeee.

    BalasHapus
  3. Mindset guru guru juga brbeda-beda ditanah air.Walau di desa klo dia pemblajar sejati pasti akan mlahirkan murid2 yg hebat.spt contoh film laskar pelangi dan mungkin masih banyak didaerah lain di Indonesia.Apalagi kini dg brlakunya MEA,guru dituntut lebih tinggi profesionalitas yaitu persaingan SDM yg terampil dg sentuhan IT shg penddkan bernilai rendah sebab murid2 bisa searching &googling dan pd gilirannya mendesak guru2 agar kreatif dan inovatif dlm mengajar dan yg terakhir kudu ikhlas mengamalkan kompetensi yg dimilikinya.Dan pmt tentu hrs berpihak pd sdm RI sbg komitmen tertuang pd UUD 45 RI shg Indonesia Emas bisa terwujud.

    BalasHapus